Sejarah Masjid Tokyo Camii Lengkap
Monday, September 10, 2018
Sejarah Masjid Tokyo Camii
Tokyo Camii atau Masjid Tokyo adalah salah satu masjid tertua yang dibangun di 1930an oleh migran muslim yang datang ke Jepang. Kala itu adalah masa di mana Jepang kedatangan migran muslim dalam jumlah besar dan masjid pertama mulai didirikan.
Selain Masjid Tokyo, Jepang juga memiliki dua masjid tua lainnya, yakni Masjid Nagoya dan Masjid Kobe. Masjid Nagoya adalah masjid pertama yang dibangun oleh komunitas muslim di Jepang pada 1931. Sementara Masjid Kobe didirikan pada 1935 oleh migran muslim asal India. Masjid Tokyo dibangun oleh migran muslim Tatar yang melarikan diri saat terjadi revolusi komunis di Rusia pada 1930an. Mereka adalah kelompok migran muslim terbesar di Jepang dan membangun Masjid Tokyo pada 1938.
Selain Masjid Tokyo, Jepang juga memiliki dua masjid tua lainnya, yakni Masjid Nagoya dan Masjid Kobe. Masjid Nagoya adalah masjid pertama yang dibangun oleh komunitas muslim di Jepang pada 1931. Sementara Masjid Kobe didirikan pada 1935 oleh migran muslim asal India. Masjid Tokyo dibangun oleh migran muslim Tatar yang melarikan diri saat terjadi revolusi komunis di Rusia pada 1930an. Mereka adalah kelompok migran muslim terbesar di Jepang dan membangun Masjid Tokyo pada 1938.
Baca Juga : Sejarah Menara Eiffel Perancis Lengkap
Saat renovasi pada 2000 selesai, semua dana ditanggung pemerintah Turki. Tidak hanya sebagai pusat keagamaan, Masjid Tokyo juga difungsikan sebagai tempat menyelenggarakan pernikahan, peragaan busana, pertunjukkan, pameran dan konferensi. Remaja masjid juga aktif di dalam Masjid Tokyo. Yuai International School menyelenggarakan kelas-kelas seperti membaca Alquran, mengenal Islam, karate dan kaligrafi. Sekolah tersebut dijalankan oleh Islamic Center of Japan (IJC), sebuah lembaga muslim yang didirikan pada 1966.
Jumlah muslim di Jepang belum diketahui dengan pasti. Namun menurut catatan tak resmi, terdapat 70 ribu hingga 120 ribu muslim tinggal di Jepang dan 10 persen di antaranya adalah orang Jepang asli. Komite Hak Asasi Manusia untuk PBB mencatat Jepang melakukan pengawasan secara sistematis terhadap warga muslim dan masjid-masjid. Pengenalan terhadap Islam dimulai pada awal periode Meiji (1868-1890), saat misi perdagangan dan pertukaran informasi dilakukan dengan Kekaisaran Ottoman dan Timur Tengah. Muslim masuk ke Jepang untuk pertama kalinya saat pedagang dan pelaut muslim India dan Melayu bersandar di kota-kota pelabuhan Jepang seperti Yokohama dan Kobe. Uniknya, Masjid Tokyo tidak mengandalkan bantuan dana pemerintah Jepang dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
Jumlah muslim di Jepang belum diketahui dengan pasti. Namun menurut catatan tak resmi, terdapat 70 ribu hingga 120 ribu muslim tinggal di Jepang dan 10 persen di antaranya adalah orang Jepang asli. Komite Hak Asasi Manusia untuk PBB mencatat Jepang melakukan pengawasan secara sistematis terhadap warga muslim dan masjid-masjid. Pengenalan terhadap Islam dimulai pada awal periode Meiji (1868-1890), saat misi perdagangan dan pertukaran informasi dilakukan dengan Kekaisaran Ottoman dan Timur Tengah. Muslim masuk ke Jepang untuk pertama kalinya saat pedagang dan pelaut muslim India dan Melayu bersandar di kota-kota pelabuhan Jepang seperti Yokohama dan Kobe. Uniknya, Masjid Tokyo tidak mengandalkan bantuan dana pemerintah Jepang dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
Sebagai seorang muslim, berkeliling di Jepang tentu berbeda dengan Indonesia. Saat di Indonesia, mungkin tak sulit menemukan masjid karena memang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim. Sedangkan di Jepang, muslim menjadi minoritas sehingga sulit menemukan masjid di sana.
Ternyata, meski merupakan lingkungan minoritas muslim, ada sebuah masjid mewah yang berdiri kokoh di di Oyama-cho, Shibuya-ku, Tokyo. Masjid itu bernama Camii Mosque, masjid terbesar yang ada di Tokyo, Jepang.Jangan bayangkan besarnya masjid ini sama dengan masjid besar yang ada di Indonesia. Nyatanya Masjid Camii berukuran kecil yang terdesak di antara bangunan padat di Tokyo. Letaknya bersebelahan bahkan nyaris berdempetan dengan bangunan kanan-kirinya. Bangunan ini didominasi dengan lapisan ubin marmer.
Baca Juga : Sejarah Olahraga BulutangkisMeski kecil, bangunan masjid ini memiliki gaya arsitektur megah ala Turki Tengah yang cantik. Saat memasuki ruangan masjid, hawa sejuk, tenang dan rasa penuh damai menyelimuti seluruh hati. Pilar-pilar besar memberi kesan megah dan kokoh bangunan bernuansa putih itu.Masjid Camii memiliki kubah yang besar dan terlihat jelas dari kejauhan. Ada juga menara tinggi yang menjadi pertanda bagi para pengunjung yang ingin mencari Camii Masque ini.
Berjalan ke samping masjid, sebuah tangga tampak menghubungkan bagian bawah dengan atas masjid. Tangga ini mengantarkan wisatawan menuju ruang salat. Ruang salat terbagi dua lantai. Khusus untuk wanita yang tak mengenakan pakaian muslim, sebelum masuk ke dalam masjid disediakan jilbab untuk dikenakan.Lantai bawah ditujukan sebagai tempat salat pria, sedangkan lantai atas ditujukan untuk tempat salat wanita. Untuk wudu, turis bisa datang ke ruangan yang ada di bagian bawah.
Masjid ini juga disebut masjid Turki, karena gaya arsitekturnya mirip dengan masjid-masjid Turki. Berbagai interior juga bernuansa Turki. Bahkan, Alquran di dalam masjid juga berasal dari Turki.Karena menjadi satu-satunya masjid di wilayah ini, jamaah yang shalat tak hanya orang Jepang. Jamaah yang ikut shalat di masjid ini berasal dari beragam negara, ada yang dari Timur Tengah, Indonesia, atau negara-negara Asia lainnya.
Terima Kasih Atas Kunjungannya !