Penjelasan Tentang Perilaku Tercela
Wednesday, June 13, 2018
Perilaku Tercela
Standar Kompetensi
10. Menghindari perilaku tercela
Kompetensi Dasar
10.1. Menjelaskan pengertian hasad, riya’, aniaya dan diskriminasi
10.2. Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya’, aniaya, dan diskriminasi
10.3. Menghinndari hasad, riya’, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
A. HASAD
Hasad atau dengki berbeda pengertiannya dengan irihati. Irihati artinya merasa ingin menguasai sesuatu yang dimiliki orang lain karena dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan.
Hasad atau dengki artinya rasa atau sikap tidak senang terhadap rahmat (kenikmatan) yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya atau mencelakakan orang lain tersebut.
Orang yang hatinya dihinggapi sifat hasad, akan melakukan berbagai tindakan yang akirnya menjatuhkan orang yang menjadi sasaran (ia dengki). Cara-caranya antara lain :
- menyebarkan berita-berita negatif
- mengadu domba dengan pihak lain
- memfitnah
setiap orang Islam wajib hukumnya menjauhi sifat hasad (dengki) karena termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Annisa’ ayat 54
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ ءَاتَيْنَا ءَالَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا. ( النّساء : 54 )
Artinya : “ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Q.S. Annisa’ ayat 54).
Rosulullah SAW bersabda :
اَّيَّاکُمْ وَالْحسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاَ گُلُ اْلحَسَناتِ کَمَا تَأْ کُلُ النا َرُ اْلحَطبَ (رواه ابُوْدُد)
Artinya : Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. (HR. Abu Dawud )
Akibat bahaya yang ditimbulkan oleh sifat hasad antara lain :
- Menimbulkan bagian atau bencana bagi diri sendiri atau orang lain
- Dapat merusak iman orang yang hasad
- Menimbulkan perpecahan dan perselisihan
- Meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan dalam masyarakat
- Menghapus segala amal kebaikan yang pernah dilaksanakan
- Dapat merusak mental pendengki, sehingga merasa gelisah dan tidak memperoleh ketenteraman
Cara menghindari sifat hasad antara lain :
- Menjahuhi segala perbuatan yang menjadi penyebab sifat hasad
- Membiasakan diri untuk memberi dukungan positif terhadap apa yang sedang menjadi permasalahan orang lain.
- Senantiasa berdzikir kepada Allah
- Menuntut ilmu dan mengamalkannya.
B. RIYA’
Menurut pengertian bahasa, riya’ artinya memperlihatkan (pamer) Riya’ adalah memperlihatkan ibadah dan amal sholeh kepada orang lain, bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu selain Allah. Riya juga dapat di artikan melakukan sesuatu karena ingin dipuji oleh orang seperti ingin mencari popularitas di masyarakat. Riya’ ada dua macam :
1. Riya’ dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan mempunyai keinginan untuk mendapatkan pujian, sanjungan, dan penghargaan dari orang lain, bukan karena Allah.
2. Riya’ dalam perbuatan, maksudnya melakukan perbuatan tertentu karena pamrih. Orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan akan mempunyai cirri sebagai berikut :
- tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat oleh orang lain.
- Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan dan biasanya dilakukan jika berada ditengah-tengah orang banyak.
- Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam berinbadah jika mendapat pujian dan mudah menyerah bila dicela.
- Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak.
Bahaya Riya’.
Sifat riya’ dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sifat riya’ yang dapat membahayakan diri sendiri antara lain :
- Muncul ketidak puasan terhadap apa yang telah dilakukan
- Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu
- Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikannya
- Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada henti.
Adapun bahaya riya’ yang dapat menimpa orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya diumpat, diolok-olok, dihina dan dicaci maki oleh orang yang membantu dengan sifat riya’.
a. Menghilangkan pahala
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ. ( البقرة : 264 )
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. ( Al baqarah : 264 )
b. Orang yang Riya disamakan dengan orang yang sombong dan akan Menjadi Teman dari Syaitan
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا. ( النساء : 38 )
Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. ( QS. An Nisa’ : 38 )
c. Orang yang Riya dapat di katagorikan seperti orang munafik yang menipu Allah dalam beribadah.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاَةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّقَلِيلاَ. ( النساء : 142 )
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. ( QS. An Nisa’ : 142 )
Cara menghindari sifat riya’ ada tiga cara :
1. Mencabut akar-akar penyebab riya’, dengan berusaha memahami hakekat, sumber, bahaya, dan bagaimana riya’ muncul.
2. Melalui upaya pencegahan yaitu dengan tidak menampakkan ibadah
3. Penolakan dari dalam hati manakala riya’ dating secara mendadak menyusup dan merasuk kedalam hati. Tahap ini dilakukan dengan kembali menggambarkan dalam hati akan besarnya bahaya riya’.
C. ANIAYA
Aniaya dalam bahasa arab disebut dzalim yang berarti tidak dapat menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya atau sesuai dengan ketentuan Allah. Aniaya adalah suatu tindakan yang tidak manusiawi yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Baqarah ayat 229:
10. Menghindari perilaku tercela
Kompetensi Dasar
10.1. Menjelaskan pengertian hasad, riya’, aniaya dan diskriminasi
10.2. Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya’, aniaya, dan diskriminasi
10.3. Menghinndari hasad, riya’, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
A. HASAD
Hasad atau dengki berbeda pengertiannya dengan irihati. Irihati artinya merasa ingin menguasai sesuatu yang dimiliki orang lain karena dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan.
Hasad atau dengki artinya rasa atau sikap tidak senang terhadap rahmat (kenikmatan) yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya atau mencelakakan orang lain tersebut.
Orang yang hatinya dihinggapi sifat hasad, akan melakukan berbagai tindakan yang akirnya menjatuhkan orang yang menjadi sasaran (ia dengki). Cara-caranya antara lain :
- menyebarkan berita-berita negatif
- mengadu domba dengan pihak lain
- memfitnah
setiap orang Islam wajib hukumnya menjauhi sifat hasad (dengki) karena termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Annisa’ ayat 54
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ ءَاتَيْنَا ءَالَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا. ( النّساء : 54 )
Artinya : “ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Q.S. Annisa’ ayat 54).
Rosulullah SAW bersabda :
اَّيَّاکُمْ وَالْحسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاَ گُلُ اْلحَسَناتِ کَمَا تَأْ کُلُ النا َرُ اْلحَطبَ (رواه ابُوْدُد)
Artinya : Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. (HR. Abu Dawud )
Akibat bahaya yang ditimbulkan oleh sifat hasad antara lain :
- Menimbulkan bagian atau bencana bagi diri sendiri atau orang lain
- Dapat merusak iman orang yang hasad
- Menimbulkan perpecahan dan perselisihan
- Meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan dalam masyarakat
- Menghapus segala amal kebaikan yang pernah dilaksanakan
- Dapat merusak mental pendengki, sehingga merasa gelisah dan tidak memperoleh ketenteraman
Cara menghindari sifat hasad antara lain :
- Menjahuhi segala perbuatan yang menjadi penyebab sifat hasad
- Membiasakan diri untuk memberi dukungan positif terhadap apa yang sedang menjadi permasalahan orang lain.
- Senantiasa berdzikir kepada Allah
- Menuntut ilmu dan mengamalkannya.
B. RIYA’
Menurut pengertian bahasa, riya’ artinya memperlihatkan (pamer) Riya’ adalah memperlihatkan ibadah dan amal sholeh kepada orang lain, bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu selain Allah. Riya juga dapat di artikan melakukan sesuatu karena ingin dipuji oleh orang seperti ingin mencari popularitas di masyarakat. Riya’ ada dua macam :
1. Riya’ dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan mempunyai keinginan untuk mendapatkan pujian, sanjungan, dan penghargaan dari orang lain, bukan karena Allah.
2. Riya’ dalam perbuatan, maksudnya melakukan perbuatan tertentu karena pamrih. Orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan akan mempunyai cirri sebagai berikut :
- tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat oleh orang lain.
- Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan dan biasanya dilakukan jika berada ditengah-tengah orang banyak.
- Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam berinbadah jika mendapat pujian dan mudah menyerah bila dicela.
- Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak.
Bahaya Riya’.
Sifat riya’ dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sifat riya’ yang dapat membahayakan diri sendiri antara lain :
- Muncul ketidak puasan terhadap apa yang telah dilakukan
- Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu
- Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikannya
- Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada henti.
Adapun bahaya riya’ yang dapat menimpa orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya diumpat, diolok-olok, dihina dan dicaci maki oleh orang yang membantu dengan sifat riya’.
a. Menghilangkan pahala
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ. ( البقرة : 264 )
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. ( Al baqarah : 264 )
b. Orang yang Riya disamakan dengan orang yang sombong dan akan Menjadi Teman dari Syaitan
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا. ( النساء : 38 )
Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. ( QS. An Nisa’ : 38 )
c. Orang yang Riya dapat di katagorikan seperti orang munafik yang menipu Allah dalam beribadah.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاَةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّقَلِيلاَ. ( النساء : 142 )
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. ( QS. An Nisa’ : 142 )
Cara menghindari sifat riya’ ada tiga cara :
1. Mencabut akar-akar penyebab riya’, dengan berusaha memahami hakekat, sumber, bahaya, dan bagaimana riya’ muncul.
2. Melalui upaya pencegahan yaitu dengan tidak menampakkan ibadah
3. Penolakan dari dalam hati manakala riya’ dating secara mendadak menyusup dan merasuk kedalam hati. Tahap ini dilakukan dengan kembali menggambarkan dalam hati akan besarnya bahaya riya’.
C. ANIAYA
Aniaya dalam bahasa arab disebut dzalim yang berarti tidak dapat menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya atau sesuai dengan ketentuan Allah. Aniaya adalah suatu tindakan yang tidak manusiawi yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Baqarah ayat 229:
وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ. ( البقرة : 229 )
Artinya “Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah , mereka itulah orang-orang yang dzalim” (Q.S. Al Baqarah :229).
Aniaya (Dzalim) dapat dibagi menjadi 4 :
1. Aniaya kepada Allah, misalnya mengaku Islam, tetapi tidak mau melaksanakan perintah Allah yang wajib dan tidak mau meninggalkan larangan Allah.
2. aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, namimah, fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, pembunuhan dan lain-lain.
3. aniaya terhadap binatang, seperti menjadikan binatang sebagai sasaran latihan memanah atau menembak, menelantarkan bintang piaraan dan lain-lain.
4. aniaya terhadap diri sendiri, misalnya membiarkan diri sendiri dalam keadaan bodoh dan miskin, minum-minuman keras.
Akibat yang akan dialami oleh penganiaya antara lain :
- tidak akan disenangi bahkan dibenci masyarakat.
- hidupnya tidak akan tenang karena dibayang-bayangi rasa takut
- mencemarkan nama baik diri dan keluarga.
- orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh apabila perbutanya diketahui oleh alat Negara lalu ditangkap dan diadili maka tentu akan dijatuhi hukuman.
- para pelaku aniaya jika tidak bertaubat dengan sungguh-sungguh, besok hari akhir akan dicampakkan kedalam api neraka.
Adapun keburukan-keburukan yang dialami orang yang dianiaya dan masyarakat antara lain :
- akan mengalami kerugian dan bencana sesuai dengan jenis penganiayaan terhadap dirinya.
- bila penganiayaan terjadi dimana-mana, maka masyarakat tidak akan memperoleh kedamaian dan ketenteraman.
- semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut terhadap perbuatan jahat orang dzalim.
D. DISKRIMINASI
Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga Negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama dann lain-lain). Islam melarang umatnya melakukan tindakan diskriminasi. Semua umat manusia dihadapan Allah itu sama, yang membedakan hanyalah satu yaitu; ketaqwaannya kepada Allah. Semakin orang bertaqwa kepada Allah maka semakin tinggi derajatnya disisi Allah.
Dalam ajaran Islam tidak ada diskriminasi, hal ini dapat kita lihat dari kenyataan bahwa semua perintah Allah, larangan-Nya berlaku pada semua manusia. Dalam kehidupan bernegara sikap diskriminasi juga harus dihindari, karena dalam UUD 1945 terdapat beberapa pasal yang menjamin perlakuan yang sama.