Dongeng Fabel Gajah dan Semut
Tuesday, June 19, 2018
"Dongeng Fabel Gajah dan Semut". Di sebuah padang rumput terdapat seekor gajah, karena tubuhnya yang besar, dia selalu meremehkan/menyakiti binatang-binatang kecil lainnya. Binatang-binatang kecil sangat takut kepadanya, oleh sebab itu gajah menjadi sombong.
Pada suatu hari, sehabis makan karena tidak ada pekerjaan, gajah berjalan-jalan dengan santai di padang rumput. Gajah menundukkan kepalanya berjalan pada saat itu dia melihat ada seekor semut yang sedang sibuk bekerja. Ketika semut sedang sibuk bekerja tidak hati-hati dia tersandung jatuh oleh sebatang rumput.
“Hai mahluk kecil, sungguh kasihan engkau.” Gajah menghentikan langkahnya dengan tertawa mengejeknya. Semut kecil mengangkat kepalanya, memandang mahluk yang besar bagaikan gunung ini “Apakah engkau sedang berbicara dengan saya, tuan Gajah?”
“Iya.” Gajah dengan tertawa mengejek melanjutkan berkata :”sejujurnya saya katakan, engkau sungguh sangat mungil, sebatang kecil rumput saja dapat membuatmu jatuh tunggang langgang, ai… sungguh kasihan .”
Gajah tertawa dengan terbahak-bahak :”mahluk kecil yang menyedihkan, tahukah engkau? dipadang rumput ini singa yang paling galakpun ketika melihat saya akan menghindar, dengan belalai saya, saya dapat mencabut pohon yang paling besar dengan akar-akarnya, dan itu tidak memerlukan tenaga, apakah engkau bisa melakukannya?”
“Tuan gajah, itu memang saya tidak bisa melakukannya, kami semut sebenarnya memang sangat kecil, seluruh keluarga semut kami berkumpul beratnya tidak bisa dibandingkan dengan satu kakimu yang besar ini, kami tidak bisa seperti kamu mencabut sebatang pohon dengan akar-akarnya juga tidak bisa menakuti seekor singa, tetapi tenaga kami belum tentu lebih kecil daripada tenagamu.”
Gajah dengan sombong tertawa keras –keras :”ha…ha..ha…ini adalah lelucon yang paling lucu yang pernah saya dengar, ha…haa… haa.. semut berani beradu tenaga dengan gajah! --- dengan sebelah kaki saya saja dapat memijak kalian sampai hancur lebur!”
“Tuan, engkau hanya mengandalkan tubuhmu yang besar. Mencabut sebatang pohon besar dapat engkau lakukan hanya dengan belalaimu, tetapi, jika pohon itu sebesar 5 orang baru bisa memeluknya Apakah dengan belalaimu engkau dapat mencabutnya? Dan Jika engkau merasa tenagamu cukup besar, dapatkah engkau menghancurkan titi papan di sungai ini?
Gajah mengangkat kepalanya berpikir tentang pohon besar yang hanya bisa dipeluk oleh 5 orang, dan memandang titi papan di sungai, lalu dia menggeleng kepalanya berkata : ”kalau yang ini, saya tidak bisa melakukannya.”
“Tetapi, kami komunitas semut bersatu dapat membuat pohon besar ini lapuk dan tumbang, dan dapat menghancurkan titi papan disungai juga. Walaupun kami kecil, tidak mempunyai tubuh dan tenaga besar sepertimu, tetapi kami bisa melakukan hal yang tidak bisa engkau lakukan. Jika hendak menghancurkan dunia, tenaga kami sebagai semut lebih besar daripada engkau tuan gajah! Apakah engkau berhak meremehkan mahluk yang lebih kecil daripadamu?”. Gajah yang sombong ini tanpa berkata sepatah katapun membalikkan badan meninggalkan tempat itu. Mulai saat itu, gajah yang sombong merubah sifatnya yang sombong, tidak meremehkan dan menyakitkan mahluk kecil lagi, tidak menganggap remeh kepada tenaga mahluk yang lebih kecil lagi.
Pada dasarnya, kita hanya memandang bagian luar seseorang yang bertubuh besar, meremehkan orang yang bertubuh lemah, tetapi belum tentu orang yang bertubuh lemah tenaganya kalah dengan orang yang bertubuh besar
Pada suatu hari, sehabis makan karena tidak ada pekerjaan, gajah berjalan-jalan dengan santai di padang rumput. Gajah menundukkan kepalanya berjalan pada saat itu dia melihat ada seekor semut yang sedang sibuk bekerja. Ketika semut sedang sibuk bekerja tidak hati-hati dia tersandung jatuh oleh sebatang rumput.
“Hai mahluk kecil, sungguh kasihan engkau.” Gajah menghentikan langkahnya dengan tertawa mengejeknya. Semut kecil mengangkat kepalanya, memandang mahluk yang besar bagaikan gunung ini “Apakah engkau sedang berbicara dengan saya, tuan Gajah?”
“Iya.” Gajah dengan tertawa mengejek melanjutkan berkata :”sejujurnya saya katakan, engkau sungguh sangat mungil, sebatang kecil rumput saja dapat membuatmu jatuh tunggang langgang, ai… sungguh kasihan .”
“Saya memang kecil.” Semut dengan jujur menjawab, “tetapi saya tidak merasa saya perlu dikasihani, setiap barang yang ada didunia ini mempunyai harganya masing-masing, apa yang membuatmu sombong begitu? Apakah engkau sombong karena bentuk tubuh dan kekuatanmu.”Baca Juga : Dongeng Telaga Warna
Gajah tertawa dengan terbahak-bahak :”mahluk kecil yang menyedihkan, tahukah engkau? dipadang rumput ini singa yang paling galakpun ketika melihat saya akan menghindar, dengan belalai saya, saya dapat mencabut pohon yang paling besar dengan akar-akarnya, dan itu tidak memerlukan tenaga, apakah engkau bisa melakukannya?”
“Tuan gajah, itu memang saya tidak bisa melakukannya, kami semut sebenarnya memang sangat kecil, seluruh keluarga semut kami berkumpul beratnya tidak bisa dibandingkan dengan satu kakimu yang besar ini, kami tidak bisa seperti kamu mencabut sebatang pohon dengan akar-akarnya juga tidak bisa menakuti seekor singa, tetapi tenaga kami belum tentu lebih kecil daripada tenagamu.”
Gajah dengan sombong tertawa keras –keras :”ha…ha..ha…ini adalah lelucon yang paling lucu yang pernah saya dengar, ha…haa… haa.. semut berani beradu tenaga dengan gajah! --- dengan sebelah kaki saya saja dapat memijak kalian sampai hancur lebur!”
“Tuan, engkau hanya mengandalkan tubuhmu yang besar. Mencabut sebatang pohon besar dapat engkau lakukan hanya dengan belalaimu, tetapi, jika pohon itu sebesar 5 orang baru bisa memeluknya Apakah dengan belalaimu engkau dapat mencabutnya? Dan Jika engkau merasa tenagamu cukup besar, dapatkah engkau menghancurkan titi papan di sungai ini?
Gajah mengangkat kepalanya berpikir tentang pohon besar yang hanya bisa dipeluk oleh 5 orang, dan memandang titi papan di sungai, lalu dia menggeleng kepalanya berkata : ”kalau yang ini, saya tidak bisa melakukannya.”
“Tetapi, kami komunitas semut bersatu dapat membuat pohon besar ini lapuk dan tumbang, dan dapat menghancurkan titi papan disungai juga. Walaupun kami kecil, tidak mempunyai tubuh dan tenaga besar sepertimu, tetapi kami bisa melakukan hal yang tidak bisa engkau lakukan. Jika hendak menghancurkan dunia, tenaga kami sebagai semut lebih besar daripada engkau tuan gajah! Apakah engkau berhak meremehkan mahluk yang lebih kecil daripadamu?”. Gajah yang sombong ini tanpa berkata sepatah katapun membalikkan badan meninggalkan tempat itu. Mulai saat itu, gajah yang sombong merubah sifatnya yang sombong, tidak meremehkan dan menyakitkan mahluk kecil lagi, tidak menganggap remeh kepada tenaga mahluk yang lebih kecil lagi.
Pada dasarnya, kita hanya memandang bagian luar seseorang yang bertubuh besar, meremehkan orang yang bertubuh lemah, tetapi belum tentu orang yang bertubuh lemah tenaganya kalah dengan orang yang bertubuh besar